Atu Belah Atu Bertangkup

Written By Unknown on Senin, 02 Mei 2016 | 05.45.00


Kakak bakal menceritakan dongeng mengenai legenda atu iris atu bertangkup. Pada cerita ini tampak kalau cinta kasih seseorang Ibu tak ada batasnya. Seseorang Ibu ingin mengorbankan dianya untuk keselamatan serta kebahagiaan anak-anaknya. Dongeng Mengenai Legenda : Atu Iris Atu Bertangkup adalah narasi rakyat dari Nangroe Aceh Darussalam. Narasi rakyat nusantara ini begitu populer di Nangroe Aceh Darussalam, serta diceritakan dari mulut ke mulut. Penasaran dengan narasi komplitnya? Yuk kita ikuti berbarengan.

Dongeng Mengenai Legenda : Atu Iris Atu Bertangkup

“Bu, saya pergi berburu dahulu. Siapa tahu hari ini saya memperoleh rusa untuk makanan anak-anak kita, ” kata seseorang pria pada istrinya. Istrinya mengangguk. “Berhati-hatilah, jangan pernah terluka, ” jawabnya.

Keluarga itu tinggal di satu desa di Tanah Gayo, Aceh. Mereka dikaruniai dua anak yang masihlah kecil. Mereka sangat miskin, hingga terkadang dalam satu hari mereka tidak dapat makan dengan layak. Untuk persediaan makan, terkadang sang Bapak menangkap belalang yang banyak berkeliaran di kebun. Belalang itu lantas disimpan dalam lumbung, berbarengan persediaan padi mereka. Sang Bapak senantiasa mengingatkan istrinya selalu untuk tutup pintu lumbung. Jangan pernah belalang-belalang yang ia kumpulkan dengan sulit payah itu terbang keluar.

Sesudah sang Bapak pergi, si Ibu juga bermain-main dengan ke-2 anaknya. Anaknya yang sulung telah agak besar, sedang yang kecil masihlah belajar jalan. Hari makin siang, namun Bapak tidak kunjung pulang. “Bu… saya lapar, ” rengek si Sulung. “Tunggulah sebentar lagi, Nak. Ayahmu bakal selekasnya pulang membawa daging rusa. Kita dapat makan sepuasnya. ” jawab Ibu. Si Sulung juga diam. Dalam hati ia mengharapkan, mudah-mudahan pengucapan ibunya benar.

Tetapi sesudah lama menanti, Bapak tidak kunjung pulang. Si Sulung merengek lagi, “Bu… saya betul-betul lapar. Gorengkan saja sebagian belalang untukku. ” Ibu menuruti keinginan anaknya itu. Ia telah nyaris beranjak ke lumbung untuk mengambil belalang, mendadak si Bungsu menangis. Rupanya si Bungsu menginginkan menyusu.

Sembari memangku anak bungsunya, Ibu berkata pada si Sulung, “Ambillah sebagian belalang supaya Ibu goreng. Janganlah lupa untuk tutup pintu lumbungnya, ya. ” Si Sulung selekasnya menuju lumbung. Kriiettt…. nada pintu lumbung di buka. Dengan hati-hati ia mengambil langkah serta mulai mencari belalang yang bersembunyi.

“Aha… itu mereka, ” teriaknya saat lihat sebagian belalang be terbangan.

“Hap… hap… hap…” dengan sigap si Sulung berupaya menangkap belalang itu. Tetapi aneh, sebagian waktu lalu, belalang-belalang itu telah tidak terlihat lagi. Si Sulung heran, kemana belalang-belalang itu? Tidakkah tadi mereka masihlah terbang disini?

Jantung si Sulung berdegup kencang. Pintu lumbung terbuka lebar! Ia lupa tutup pintu. “Aduh… kenapa saya demikian bodoh? Saat ini belalangnya kabur semuanya, Bapak serta Ibu pastinya akan memarahiku. ” Si Sulung terduduk lemas. Ia tidak berani pulang ke tempat tinggal.

Dirumah, Ibu menanti si Sulung. “Mengapa lama sekali? Ada apa dengannya? ” bertanya Ibu dalam hati. Ibu lalu menyusul ke lumbung. Diliatnya pintu lumbung terbuka serta terlihat si Sulung tengah duduk menangis. ”Ada apa, Nak? Apa yang berlangsung? ” bertanya ibunya kuatir. “Belalang-belalang kita terbang keluar semuanya, Bu. Saya lupa tutup pintunya, ” jawab si Sulung sembari selalu terisak.

Ibunya menghela napas. Suaminya pastinya akan geram besar tahu hal semacam ini. Tetapi semua telah berlangsung. Saat tidak dapat diputar kembali. “Sudah… sudah… mari kita pulang. Agar Ibu yang menerangkan pada Bapak. ”

Sesampainya dirumah, Ibu menyuruh si Sulung untuk makan. Cuma nasi saja, tanpa ada lauk pauk. Sembari memandangi ke-2 anaknya ia selalu memikirkan, apa yang bakal ia katakan pada suaminya. Sore harinnya Sang suami pulang dengan muka lesu. Ia tidak membawa sedikit juga hasil buruan. Sembari mengusap keringat Bapak berkata, “Hari ini kita tak mujur Bu. Saya tak memperoleh apa-apa. Jangankan rusa, tikus juga tidak tampak olehku. ”

“Lagi-lagi hari ini kita mesti makan belalang, ” gumam si Agah. Ibu serta si Sulung sama-sama berpandangan. Dengan waspada si Ibu berkata, “Maafkan saya, Yah. Tadi saat mengambil beras di lumbung, saya lupa tutup pintunya. Semuanya belalang itu kabur, jadi saya tidak dapat memasaknya. Hari ini kita cuma dapat makan nasi tanpa ada lauk. ” Ya, Ibu berbohong untuk menutupi kekeliruan si Sulung. Ia tidak menginginkan suaminga memarahi anaknya.

Mendengar hal semacam itu, Bapak segera naik pitam. “Apa? Tidakkah telah seribu kali kukatakan janganlah lupa tutup pintu lumbung? ” teriaknya.

“Benar Yah, namun saya betul-betul lupa. Maafkan saya, ” kata Ibu lagi.

“Maaf? Sepanjang hari saya mencari makanan untuk keluarga kita, serta kau bahkan juga tidak dapat melindungi belalang-belalang itu. ” Mendadak Bapak berdiri serta masuk ke kamar. Ia keluarkan semuanya pakaian serta kain Ibu. “Keluar kau dari tempat tinggal ini. Saya tidak sudi miliki istri yang tidak dapat melindungi kepercayaanku! ” usirnya.

Si sulung terperanjat. Ibu juga terperanjat. “Mengapa Bapak tega mengusir Ibu? Ibu kan telah mohon maaf? ” bertanya si Sulung sembari menangis. “Tak usah membela ibumu,

“Nak. Dia tak layak jadi ibumu. ” jawab Agah. Hati wanita itu begitu sakit mendengar kalimat suaminya. Ia tidak menganggap suaminya bakal mengusirnya demikian saja. Tetapi ia paham benar perilaku suaminya. Bila suaminya telah berkata demikian, jadi tersebut yang perlu berlangsung.

Sembari memunguti pakaian serta kainnya, si Ibu pamit pada ke-2 anaknya. “Maafkan Ibu, Nak. Ibu mesti keluar dari tempat tinggal ini. Jagalah diri kalian, ya? ” tuturnya sembari mencium ke-2 buah hatinya. Ia jalan tidak pasti arah serta pada akhirnya tiba di depan satu batu besar yang di kenal dengan nama Atu Iris. Atu Iris yaitu batu yang dapat terbelah serta menelan orang yang mendekatinya dalam kondisi sedih. Batu ini tak suka pada orang yang bersedih. Sayangnya, si Ibu tak tahu hal itu. Ia jadi duduk di depan batu itu sembari meratapi nasibnya.

Mendadak, Bumi bergetar. Batu besar itu bergerak-gerak, lalu kraakk… batu itu terbelah dua. Tanpa ada pernah mengerti apa yang berlangsung, si Ibu telah tertelan oleh si Atu Iris.

“Ibuu… janganlah tinggalkan kami… kembalilah Bu…” mendadak terdengar teriakan si Sulung. Rupanya, diam-diam ia serta adiknya ikuti Ibu. Namun mereka terlambat, ibu mereka telah ditelan Atu Iris.

Si Sulung menangis serta menyesali kecerobohannya. Ia terasa bersalah sudah mengakibatkan ibunya bernasib sekian. Sembari menggendong adiknya, ia mendekati Atu Iris itu. Ia mengusap-usapnya serta berkata, “Semoga Ibu bahagia… saya sungguh menyesal sudah menyusahkan Ibu. Doakan kami, agar dapat bertahan tanpa ada Ibu. ”

Mendadak dari dalam batu nampaklah sebagian helai rambut Ibu. Si Sulung meyakini, Ibu berniat memberi rambutnya membuat perlindungan anak- anaknya. Si Sulung menuai tujuh lembar rambut ibunya serta membuatnya jimat. Jimat itu ia pakai membuat perlindungan dianya serta adiknya dari semua bahaya. “Selamat tinggal, Ibu…. ”

Pesan moral dari Dongeng Mengenai Legenda : Atu Iris Atu Bertangkup yaitu dengarkan nasehat ke-2 orang-tua. Bila anda berbuat salah, cepatlah mohon maaf pada mereka. Kasih ibu selama hidup, ia tentu mengampuni kekeliruan kita. Berlaku demikian sebaliknya saat kita lihat kekeliruan orang lain, berjiwa besarlah untuk memaafkan.

Ditulis Oleh : Unknown ~tupatkay

tupatkay Anda sedang membaca artikel berjudul Atu Belah Atu Bertangkup yang ditulis oleh tupatkay yang berisi tentang : Dan Maaf, Anda tidak diperbolehkan mengcopy paste artikel ini.

Blog, Updated at: 05.45.00

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.